Cerita Petani Cabai Kapuas: Adopsi Metode Ramah Lingkungan, Produknya Diincar Pasar

KUALA KAPUAS (eMKa) – Petani di Desa Pangkalan Sari, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kuala Kapuas, berhasil mencapai hasil panen cabai yang memuaskan dengan menerapkan metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) yang ramah lingkungan.

Dalam panen kali ini, mereka memanen 19 kilogram cabai dari lahan seluas 500 m² yang ditanam sejak Juli 2024. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa penerapan teknik pertanian yang ramah lingkungan dapat memberikan hasil yang signifikan tanpa merusak alam.

Metode MTOT, yang diperkenalkan oleh Yayasan Field Indonesia melalui program Udara Bersih Indonesia, menghindari penggunaan mulsa plastik dan menggantinya dengan bahan alami seperti jerami dan alang-alang yang ditemukan di sekitar lahan.

Wayan Arka, pendamping kelompok tani, menjelaskan bahwa penggunaan mulsa alami ini membantu menjaga kelembapan tanah serta mengurangi pertumbuhan gulma, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas tanaman cabai. “Kami memanfaatkan rumput liar yang ada di sekitar lahan. Tanaman tumbuh lebih sehat, dan hasilnya lebih baik,” ujar Wayan.

Selain menggunakan mulsa alami, para petani juga mengaplikasikan pupuk organik berbahan cangkang telur yang mengandung kalsium untuk memperkuat dinding sel tanaman dan mendukung pertumbuhannya.

Meskipun hasil panen kali ini sudah cukup baik, Fasilitator Yayasan Field Indonesia Kalimantan Tengah, Suhada, menyebutkan bahwa aplikasi pupuk cangkang telur masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk yang belum maksimal, sehingga beberapa daun cabai terlihat menguning dan ada beberapa buah yang busuk.

“Jika mereka bisa tepat dalam mengaplikasikan pupuk ini, hasil panen ke depan bisa lebih optimal,” kata Suhada.

Di sisi lain, Suhada juga mencatat dampak dari kemarau panjang tahun lalu yang menyebabkan sebagian tanaman cabai mati. Hal ini memaksa petani untuk melakukan penanaman ulang cabai, yang berakibat pada hasil panen yang tidak seragam. Meskipun demikian, Suhada tetap optimis bahwa dengan pengalaman dan peningkatan yang berkelanjutan, metode MTOT dapat memberikan hasil yang lebih baik di masa depan.

Yayasan Field Indonesia juga berencana untuk memperluas penerapan metode ini ke desa-desa lain pada tahun depan, dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak petani dan meningkatkan produktivitas mereka.

Kepala Desa Pangkalan Sari, Ahmadi, juga memberikan apresiasi terhadap keberhasilan ini. Ia berharap harga cabai yang saat ini stabil di Rp30 ribu per kilogram tetap terjaga atau bahkan naik, agar petani bisa merasakan manfaatnya.

“Cabai kami sudah dipesan oleh warung makan besar di Kuala Kapuas. Semoga harga tetap stabil, agar pendapatan petani meningkat,” ujar Ahmadi.

Dengan hasil panen yang baik, petani di Pangkalan Sari berencana untuk terus mengembangkan pertanian hortikultura mereka, termasuk cabai dan daun bawang, dengan tetap mempertahankan metode ramah lingkungan yang telah terbukti efektif. (zie/jrx)

Untuk informasi Program Udara Bersih Indonesia dapat menghubungi: Suhada (+62 815-2214-527) serta mengunjungi akun media sosial:

*Facebook: Field Udara Bersih, *Instagram: udarabersihindonesia, Website: www.ubifield.my.id”

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *